Inilah kehidupan
Kesabaran..
Sabar dan terus bersabar. Bersabarlah dengan kesabaran yang cantik.
Sedangkan nabi diuji dengan beratnya setiap hari, inikan pula sekadar
perkara remeh yang melarikan kita daripada tanggungjawab sebenar.
Mungkin juga ini balasan akibat melalaikan amanah sebagai khalifah di
muka bumi ini. Hidup di dunia bak bahtera di lautan gelora. Tiada tentu
ia bermaharajalela. Kala tenang, ramai yang alpa. Namun, pabila badai
menunjukkan diri yang sebenar, maka bersungguh-sungguhlah terkumat
kamit memohon perlindungan dari yang Esa. Bejujuran air mata keinsafan,
seumpama kehidupan sudah sampai ke penghujungnya. Terpatrilah janji
akan hidup sebagai hamba yang taat setiap masa. Lalu Allah dengan sifat
Rahman-Nya menyelamatkan kita. Alhamdulillah. Tetapi...hakikatnya
manusia kembali lupa dengan nikmat kesenangan yang mendatang. Begitulah
silih berganti putaran kehidupan seorang insan bernama manusia.
Teringat akan pesanan Golden Rule: Do on to others what you want others
do on to you. Vice versa. Hubungan sesama manusia sebagai titik
pengukur tahap iman dan akhlak kita kepada Allah. Lantaran Allah tidak
akan mengampunkan, selagi manusia itu tidak memaafkan. Seandainya
seseorang menghadiahkan kita sesuatu, maka sebagai manusia normal, kita
akan berterima kasih dan menunjukkan rasa terima kasih itu. Lebih-lebih
lagi jika ia datang dari seseorang yang 'significant' dalam hidup kita.
Namun ada juga manusia yang menyakiti hati si pemberi, seolah-olah dia
tidak pernah membawa apa-apa erti dan segala yang dilakukannya adalah
remeh belaka. Bercakap sombong merasakan seolah-olah dirinya yang
benar. Seakan memberitahu dunia aku lah manusia yang paling betul dalam
tindakan. Sekali kita melukakan hati seseorang, ibarat menanam paku di
dinding yang bersih. Biarpun kita mampu mencabutnya dengan secebis
kemaafan yang mudah dilafazkan, namun belum tentu kita mampu menutup
kembali kesan yang ditinggalkan. Manusia bukan malaikat. Sebaik mana
pun pastilah mempunyai titik hitam di hati. Andai kita merasakan
membuat seseorang terluka itu sesuatu yang remeh, maka ia dengan
sendirinya mencerminkan siapa diri kita yang sebenar.
Hitunglah diri sebelum kita dihitung di akhirat nanti. Azab Allah itu
amat berat, kita tidak mampu sama sekali menanggungnya. Seandainya
telah sampai peringatan kepada kita untuk melakukan kema'rufan dan
meninggalkan kemungkaran, maka bersegreralah. Janganlah menolak lagi.
Kita tidak cukup hebat untuk merasakan diri ini betul. Bimbang kita
tidak punya cukup masa untuk memperbaiki segalanya. Hidup hanya sekali.
Ia punya tujuan yang pasti. Jangan tersasar lagi. Dosa yang telah
dilakukan, Allah menutupnya dari keaiban. Maka bersyukurlah dan
bertaqwalah. Sesungguhnya yang paling mulia adalah yang paling tinggi
sifat taqwanya....
http://bicaraqalbi.blogspot.com/search?updated-min=2006-01-01T00%3A00%3
A00%2B13%3A00&updated-max=2007-01-01T00%3A00%3A00%2B13%3A00&max-results
=13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar